Satu lagi keajaiban alam yang membuatku takjub, heran dan tak puas berdecak kagum ketika mengetahui bahwa itu ada, dan dekat dengan ku. Sekilas, seolah2 sedang berada di kawasan salju panas yang menyelimuti sedikit kulit bumi. Di sisi lain, air panas yang menggelegak mendidih yang di panaskan oleh tungku dari dasar bumi. Dimana2 tercium bau belerang. Keindahan alam yang eksotis bagiku ketika pertama kali datang berkunjung ke Sipoholon Tarutung, Tapanuli Utara.
Ini adalah kisah perjalanan ke Sibolga, Tapanuli Selatan Juli 2008 untuk sebuah persahabatan. Sepasang sahabat dekat menikah disana dan kami sepakat untuk menghadiri sekalian sightseeing tour menikmati beberapa daerah wisata yang dilewati menuju dan pulang dari sana. Mulai dari pemandangan Danau Toba yang indah tiada tara sampai laut dan daerah pantai dipinggir kota Sibolga. Dengan rute (kurang lebih begini) Medan-Siantar-Parapat-Porsea-Dolok sanggul-Tarutung-Sibolga, dengan menempuh rute yang sama ketika kembali ke Medan selama 2 hari satu malam. Persis pukul 01.00 dinihari, kami berangkat dari Medan.
Satu hal yang unik adalah, keindahan Danau Toba tetap bisa dinikmati secara putus sambung di setiap kota yang kami lewati. Mulai dari Parapat, Porsea, Dolok Sanggul, dan Tarutung. Jika dilihat di peta, kota-kota yang dilewati ini ada di pinggiran Danau Toba. Hampir mendekati kota Sibolga, pemandangan akan berganti dengan lautan yang luas. Sangat indah, amazing… bagai hamparan cermin raksasa tak ketahuan berujung dimana. Pantulan sinar matahari sore, menerbitkan semburat indah yang sempurna, yang akan menimbulkan decak kagum bagi setiap orang yang memandangnya. Membuat kita merenungkan betapa agung Sang Pencipta yang telah menjadikannya.
Kami tiba di Sibolga pada pagi hari dan langsung berbenah untuk mengikuti seluruh proses resepsi pernikahan. Setelah Resepsi pernikahan, kami menyempatkan diri untuk menikmati indahnya pantai laut Sibolga sebelum menuju rumah salah satu teman untuk menginap. Ada beberapa nama yang cukup dikenal untuk dikunjungi, kami memilih pergi ke Pantai Kalangan dengan alasan tertentu. Sebagaimana layaknya pantai, sangat indah memandang ke laut lepas. Bagai hamparan permadani kaca yang tak tau dimana tepi nya. Ditambah lagi dengan pantulan sinar matahari sore menambah indahnya.
Menjelang matahari terbenam kami menelusuri pantai yang menjorok ke dalam. Sambil memandang keunikan2 dari benda2 laut yang kami lewati, seperti kulit2 kerang yang sudah rapuh, batu-batu kecil nyaris seperti pasir, dan wujud bebatuan yang membentuk di bibir pantai.
Turun berenang berkejaran menantang ombak dan berteriak lepas dalam setiap hempasan ombak yang tidak terlalu keras. Duduk di hamparan bebatuan pantai yang lebar menunggu turunnya raja siang ke peraduannya. Wow…luar biasa (hehe…agak ndeso ya? Soalnya ini pertama kali nya). Sengaja duduk berlama2 menunggu proses turun sampai hilangnya matahari di balik laut.
Pagi-pagi sekali kami memulai perjalanan pulang dengan rute yang sama namun dengan cara yang berbeda. Salah satu tujuan kami adalah Sipoholon Tarutung yang terkenal dengan pemandian sumber air panas nya. Air belerang yang mengalir dari perut bumi di alirkan dengan system yang sedemikian rupa ke tempat-tempat penampungan (rumah-rumah kedai) yang kemudian di komersilkan bagi siapa saja yang ingin mandi air panas tersebut.
Yang katanya berkhasiat untuk melegakan penat dan kandungan belerangnya menyembuhkan penyakit kulit. Namun bukan ke sana tujuan kami. Berjalan agak mendaki ke atas bukit, di bagian belakang rumah penduduk (diantarai kedai), hendak langsung ke sumber mata air tersebut.
Memasuki area ini pertama sekali akan disambut oleh bau belerang. Jalan setapak menuju ke atas bukit sudah berkomposisi belerang. Dibagian sisi kiri kanan jalan setapak dialiri oleh aliran kecil air panas yang bersumber dari mata air panas bumi yang tumpah dari cekungan kulit bumi tampungan air mendidih tersebut. Wahh… satu lagi pemandangan alam yang membuatku terharu, kok bisa ya? Hehe… ya bisa lah… au ah… ndeso banget sih. Ini dia nih, danau kecil, mata air, titik sumber keluarnya air panas dari dasar bumi, panas dan mendidih…
Salah satu dari danau kecil itu, penuh dengan belerang yang telah membeku di sekelilingnya. Setelah puas menikmati pemandangan ini dan mengambil beberapa photo, kami turun ke bawah mengambil rute yang berbeda. Sengaja melewati jalur dari system penampungan air yang dibuat oleh penduduk sekitar untuk dikomersilkan. Disini awal dari judul kisah ini, ‘salju di Tarutung’. Bagaimana tidak? Begtu menginjak kan kaki di bagian ini, saya terheran-heran.
Saudara-saudara…ini persis salju di Negara barat sana. Unik dan indah. (maaf buat teman-teman untuk photo yang dimuat, saya tidak punya photo yang lain untuk menunjukkan indahnya ‘salju’ ini, dan kiranya pembaca dapat menikmati pemandangan ‘salju’ ini tanpa terganggu oleh wajah-wajah yang tersenyum ke arah kamera). Ini disebabkan oleh aliran-aliran air panas yang membekas kan lapisan-lapisan putih belerang melapisi kulit bumi terbentuk seolah-olah salju. Sangat menakjubkan.
Di akhir perjalanan, kami singgah di Balige Toba Samosir, dan mengadakan acara kecil-kecilan di pantai Danau Toba yang juga menyentuh kota ini. Di salah satu titik wisata, kami turun untuk memandang Danau Toba lepas ditimpa sinar matahari hampir sore. Lagi-lagi pemandangan indah yang luar biasa. Cermin raksasa itu berkilau ditimpa cahaya matahari. Ini akhir dari cengkerama kami dengan keindahan alam daerah Tapanuli dan Toba Samosir dengan segala kejaiban alam yang ditempatkan oleh Sang Pencipta di tempat ini.[perempuan.com]
Ini adalah kisah perjalanan ke Sibolga, Tapanuli Selatan Juli 2008 untuk sebuah persahabatan. Sepasang sahabat dekat menikah disana dan kami sepakat untuk menghadiri sekalian sightseeing tour menikmati beberapa daerah wisata yang dilewati menuju dan pulang dari sana. Mulai dari pemandangan Danau Toba yang indah tiada tara sampai laut dan daerah pantai dipinggir kota Sibolga. Dengan rute (kurang lebih begini) Medan-Siantar-Parapat-Porsea-Dolok sanggul-Tarutung-Sibolga, dengan menempuh rute yang sama ketika kembali ke Medan selama 2 hari satu malam. Persis pukul 01.00 dinihari, kami berangkat dari Medan.
Satu hal yang unik adalah, keindahan Danau Toba tetap bisa dinikmati secara putus sambung di setiap kota yang kami lewati. Mulai dari Parapat, Porsea, Dolok Sanggul, dan Tarutung. Jika dilihat di peta, kota-kota yang dilewati ini ada di pinggiran Danau Toba. Hampir mendekati kota Sibolga, pemandangan akan berganti dengan lautan yang luas. Sangat indah, amazing… bagai hamparan cermin raksasa tak ketahuan berujung dimana. Pantulan sinar matahari sore, menerbitkan semburat indah yang sempurna, yang akan menimbulkan decak kagum bagi setiap orang yang memandangnya. Membuat kita merenungkan betapa agung Sang Pencipta yang telah menjadikannya.
Kami tiba di Sibolga pada pagi hari dan langsung berbenah untuk mengikuti seluruh proses resepsi pernikahan. Setelah Resepsi pernikahan, kami menyempatkan diri untuk menikmati indahnya pantai laut Sibolga sebelum menuju rumah salah satu teman untuk menginap. Ada beberapa nama yang cukup dikenal untuk dikunjungi, kami memilih pergi ke Pantai Kalangan dengan alasan tertentu. Sebagaimana layaknya pantai, sangat indah memandang ke laut lepas. Bagai hamparan permadani kaca yang tak tau dimana tepi nya. Ditambah lagi dengan pantulan sinar matahari sore menambah indahnya.
Menjelang matahari terbenam kami menelusuri pantai yang menjorok ke dalam. Sambil memandang keunikan2 dari benda2 laut yang kami lewati, seperti kulit2 kerang yang sudah rapuh, batu-batu kecil nyaris seperti pasir, dan wujud bebatuan yang membentuk di bibir pantai.
Turun berenang berkejaran menantang ombak dan berteriak lepas dalam setiap hempasan ombak yang tidak terlalu keras. Duduk di hamparan bebatuan pantai yang lebar menunggu turunnya raja siang ke peraduannya. Wow…luar biasa (hehe…agak ndeso ya? Soalnya ini pertama kali nya). Sengaja duduk berlama2 menunggu proses turun sampai hilangnya matahari di balik laut.
Pagi-pagi sekali kami memulai perjalanan pulang dengan rute yang sama namun dengan cara yang berbeda. Salah satu tujuan kami adalah Sipoholon Tarutung yang terkenal dengan pemandian sumber air panas nya. Air belerang yang mengalir dari perut bumi di alirkan dengan system yang sedemikian rupa ke tempat-tempat penampungan (rumah-rumah kedai) yang kemudian di komersilkan bagi siapa saja yang ingin mandi air panas tersebut.
Yang katanya berkhasiat untuk melegakan penat dan kandungan belerangnya menyembuhkan penyakit kulit. Namun bukan ke sana tujuan kami. Berjalan agak mendaki ke atas bukit, di bagian belakang rumah penduduk (diantarai kedai), hendak langsung ke sumber mata air tersebut.
Memasuki area ini pertama sekali akan disambut oleh bau belerang. Jalan setapak menuju ke atas bukit sudah berkomposisi belerang. Dibagian sisi kiri kanan jalan setapak dialiri oleh aliran kecil air panas yang bersumber dari mata air panas bumi yang tumpah dari cekungan kulit bumi tampungan air mendidih tersebut. Wahh… satu lagi pemandangan alam yang membuatku terharu, kok bisa ya? Hehe… ya bisa lah… au ah… ndeso banget sih. Ini dia nih, danau kecil, mata air, titik sumber keluarnya air panas dari dasar bumi, panas dan mendidih…
Salah satu dari danau kecil itu, penuh dengan belerang yang telah membeku di sekelilingnya. Setelah puas menikmati pemandangan ini dan mengambil beberapa photo, kami turun ke bawah mengambil rute yang berbeda. Sengaja melewati jalur dari system penampungan air yang dibuat oleh penduduk sekitar untuk dikomersilkan. Disini awal dari judul kisah ini, ‘salju di Tarutung’. Bagaimana tidak? Begtu menginjak kan kaki di bagian ini, saya terheran-heran.
Saudara-saudara…ini persis salju di Negara barat sana. Unik dan indah. (maaf buat teman-teman untuk photo yang dimuat, saya tidak punya photo yang lain untuk menunjukkan indahnya ‘salju’ ini, dan kiranya pembaca dapat menikmati pemandangan ‘salju’ ini tanpa terganggu oleh wajah-wajah yang tersenyum ke arah kamera). Ini disebabkan oleh aliran-aliran air panas yang membekas kan lapisan-lapisan putih belerang melapisi kulit bumi terbentuk seolah-olah salju. Sangat menakjubkan.
Di akhir perjalanan, kami singgah di Balige Toba Samosir, dan mengadakan acara kecil-kecilan di pantai Danau Toba yang juga menyentuh kota ini. Di salah satu titik wisata, kami turun untuk memandang Danau Toba lepas ditimpa sinar matahari hampir sore. Lagi-lagi pemandangan indah yang luar biasa. Cermin raksasa itu berkilau ditimpa cahaya matahari. Ini akhir dari cengkerama kami dengan keindahan alam daerah Tapanuli dan Toba Samosir dengan segala kejaiban alam yang ditempatkan oleh Sang Pencipta di tempat ini.[perempuan.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar